Minggu, 25 Agustus 2013

Aku

pagi yang membungkam. ketika mulut mulut kejujuran telah disumpal dengan ketakutan dan uang. itulah yg terjadi disini. dimana aku dibesarkan. dimana akau dilahirkan. dimana mulutku coba dibungkamnyaa.. sebuah kehidupan yang indah tapi itupun hanya dusta pencitraan. di saat kampus terjadi kerusuhan. karena permasalahan yang tak diketahui akar permasalahannya. aku memilih pergi. menyendiri. pergi jauh.. sangat jauh dari keramaian. hingga titik bising tak terlihat lagi. kucoba kayuh kaki ku menembus hutan.. sungai.. jauh dari kenyamanan yang berbalutt dusta... mengejar sebuah kesengsaraan yang berbalut kedamaian. menggapai sesuatu yang sangat berharga. yang tak pernah kudapat di kota.. yaitu ketenangan... di senja ketika matahari mencoba pergi. kusegera dirikan rumah sementara ku.. kucari teman untuk menenmaniku malam ini. kucari hingga ke atas atas bukit. satu persatu ranting kukumpulkan untuk menemaniku malam ini.. ketika langit berubah murung.. mulai kunyalakan perapian kecil untuk menemani sepi ku... sunyi kuu.. tenang kuu. tentram ku.. damai ku... inilah kesengsaraan yang kurasakan.. ketika jarum jarum dingin menusuk badan. ketika itu pula angin malam manyelimuti tubuh.. hawa apanas dair perapian kecil melindungi semuanya... menatap kedepan kulihat barisan bukit bertabur bintang... sesaat tetes air matapun jatuh dari mataa... inilah yg selama ini aku cari..inilah kebahagiaan yang tak pernah kudapat dimana kutinggal.. sambil terus mengusap air mata.. rasa syukur tak henti henti ku ucapkan.. betapa indah apa yang kutatap saat ini.. betapa indah apa yg kurasakan saat ini.. Tuhan.. Alammu begitu indah.. bantu kami menjaganya Tuhan.. sambil terus mengusap air mata akupun sruput kembali secangkir kopi di genggaman tanganku.. mengingat kembali kenangan bersama sahabat.. tapi kali ini aku hanya sendiri... bersama angin malam dan taburan bintang. anggap saja aku apatis terhadap kehidupan kota. tapi itulah diriku..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar